Hero image for Daftar CMS yang dapat di integrasikan di SSG

Daftar CMS yang dapat di integrasikan di SSG

Dipublikasikan 25 Mei 2025
Oleh:

Zaman sekarang, website ngebut itu sudah jadi keharusan. Nah, salah satu cara bikin website super cepat ya pakai Static Site Generator (SSG) seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Tapi, kadang ngatur konten langsung di SSG bisa agak ribet, apalagi buat tim yang biasa nulis di CMS tradisional. Tenang, ada solusinya! Kita yang pakai SSG juga bisa kok pakai Content Management System (CMS).

Jadi, nanti ada backend yaitu CMS yang bisa dipakai buat nulis, edit dan kelola konten. Sedangkan di frontend, artikel tetap tampil tanpa ada gangguan dari CMS (karena keduanya punya tugas masing-masing). Penasaran CMS apa aja yang cocok untuk proyek SSG kamu? Yuk, simak daftarnya!

CMS Headless (API-Driven)

CMS di kategori ini bertindak sebagai “bank data” kontenmu. Mereka menyediakan konten melalui API (biasanya REST API atau GraphQL). Nah, SSG kamu nanti akan “bertanya” ke API ini untuk mengambil data yang dibutuhkan saat proses build untuk menghasilkan halaman statis.

Kelebihan utama:

  • Fleksibilitas tinggi: Kamu bebas mau pakai SSG apa aja, atau bahkan teknologi front-endlainnya.
  • Pemisahan jelas: Urusan konten dan tampilan benar-benar terpisah.
  • Skalabilitas konten: Biasanya dirancang untuk mengelola konten dalam jumlah besar dan kompleks.

Contoh CMS di kategori ini:

  1. Strapi: Sangat kuat di sisi API, bisa kustomisasi API dengan mudah (REST & GraphQL).
  2. Contentful: Layanan cloudyang matang dengan API yang andal (REST & GraphQL).
  3. Sanity.io: Menawarkan kustomisasi tinggi dan query language sendiri (GROQ) serta GraphQL.
  4. DatoCMS: Fokus pada kemudahan penggunaan dengan API GraphQL yang powerful.

Selain empat CMS diatas, WordPress dan Ghost juga bisa dibuat headless (memerlukan konfigurasi khusus dengan tingkat kesulitan yang beragam)

  1. Ghost (mode headless): Meskipun awalnya platform blogging, Ghost punya Content API yang solid untuk dijadikan headless.
  2. WordPress (dengan pugin headless): Dengan plugin seperti WPGraphQL atau menggunakan REST API bawaan, WordPress bisa bertransformasi jadi penyedia data via API.

CMS Git-Based / File-Based (Termasuk Editor-Integrated)

CMS di kategori ini punya pendekatan yang sedikit berbeda. Konten biasanya disimpan sebagai file (misalnya Markdown .mdx atau .md, JSON, atau YAML) langsung di dalam repositori Git proyekmu, bersamaan dengan kode SSG. CMS ini menyediakan antarmuka untuk mengedit file-file tersebut. Perubahan akan di-commit ke Git, yang kemudian bisa memicu proses build ulang SSG.

Nah, di kategori ini ada pemain unik yang terintegrasi langsung ke dalam editor kode:

Contoh CMS di kategori ini:

  1. Netlify CMS: Didesain untuk bekerja mulus dengan platform Netlify dan alur kerja berbasis Git. Konten disimpan di repo Git dan diakses melalui antarmuka web.
  2. Forestry.io (sekarang bagian dari TinaCMS): Dulunya adalah CMS Git-based yang populer, kini kemampuannya diteruskan dan dikembangkan di TinaCMS.
  3. TinaCMS: Memungkinkan kamu buat ngedit konten yang tersimpan di Git secara visual dan real-time, bisa langsung di halaman website statismu atau melalui antarmuka khusus.

Selain tiga CMS diatas, ada yang lebih unik, yaitu Frontmatter CMS (Ekstensi VS Code). Ini bukanlah platform CMS terpisah, melainkan sebuah ekstensi powerful untuk Visual Studio Code. Dengan menggunakan VSCode, kamu punya panel CMS langsung dan mengelola konten disana, tanpa perlu buka browser atau tab baru, semua dilakukan di VSCode!

  • Cara kerjanya: Dia akan membaca struktur folder dan file proyek SSG-mu (terutama file Markdown dengan frontmatter YAML atau JSON). Lalu, dia menyajikan antarmuka yang lebih ramah untuk mengelola konten tersebut. Kamu bisa ngedit front matter (metadata seperti judul, tanggal, tag, kategori), menulis isi konten, bahkan mengelola snippet, taxonomy(seperti tag dan kategori), dan media.
  • Terintegrasi penuh di VS Code: Tidak perlu pindah-pindah aplikasi. Semua ada di editor kesayanganmu.
  • Alur kerja developer-friendly: Sangat cocok buat developer yang udah nyaman banget sama VS Code dan Git.
  • Manajemen Konten Lokal: Semua perubahan langsung terjadi pada file lokalmu, siap di-commitke Git.
  • Kustomisasi: Kamu bisa mendefinisikan tipe konten sendiri, mengatur field-field front matteryang dibutuhkan, dan banyak lagi.
  • Preview: Seringkali bisa terintegrasi dengan server pengembangan SSG-mu untuk melihat preview konten.
  • Cocok untuk: Tim kecil atau developer solo yang ingin cara cepat dan terintegrasi untuk mengelola konten SSG tanpa perlu setup CMS eksternal yang rumit. Ini juga bagus kalau kamu mau mengenalkan pengelolaan konten ke anggota tim yang kurang teknis tapi masih oke untuk buka VS Code.

Kelebihan utama kategori Git-Based / File-Based secara umum:

  • Alur kerja sederhana: Cocok banget kalau tim kamu sudah familiar dengan Git.
  • Integrasi kuat: Seringkali terasa lebih menyatu dengan proses build SSG.
  • Potensi lebih cepat (untuk kasus tertentu):Karena tidak ada network call ke API eksternal saat build (data sudah ada di file).
  • Versi Kontrol yang solid: Semua perubahan konten terlacak oleh Git.

Contoh kasus dan penggunaan CMS di SSG/SSR

Biar makin asyik, kita intip yuk gimana sih CMS diatas (beberapa diantaranya) jadi salah satu alasan kesuksesan brand yang memakainya, tentunya selain dari produk dan promosi mereka. Ini dia beberapa contoh nyatanya:

Strapi

Contoh kasus

Bayangin ada perusahaan gede kelas dunia, contohnya Sonos. Nah, mereka ini butuh banget sistem internal yang top markotop buat ngatur dan bagi-bagi aset merek mereka. Mulai dari logo, gambar, video, sampai buku panduan, semuanya harus konsisten dan gampang diakses tim internal atau mitra kerja mereka. Tujuannya? Biar kerja lebih cepat, mereknya tetap kece di mana-mana.

Peran Strapi

Nah, di cerita sukses bareng Sonos ini, ada agensi namanya PixelPlex yang pakai Strapi buat ngebangun platform internal khusus buat ngelola aset dan panduan merek Sonos. Jadi, Strapi ini ibaratnya jadi backend pusatnya nih. Tim Sonos bisa dengan gampang bikin, ngelola, dan ngelompokkin semua “harta karun” digital merek mereka plus panduan pakainya.

Kerennya Strapi, dia itu fleksibel banget! PixelPlex jadi bisa bikin model konten yang detail abis, misalnya mau nentuin jenis asetnya apa, info tambahannya (metadata) gimana, aturan pakainya kayak apa, sampai versi-versinya. Satu lagi yang penting, Strapi punya fitur jagoan namanya Role-Based Access Control (RBAC). Gampangnya, fitur ini buat ngatur siapa aja yang boleh lihat atau ngubah konten tertentu.

Cara mereka pakai Strapi

Platform internal Sonos yang dibikin sama PixelPlex itu ya pakai Strapi ini. Walaupun ini buat kalangan sendiri, cara Strapi nyajiin konten lewat API (dia juga dukung GraphQL lho!) itu sama aja prinsipnya kalau misalnya konten ini mau ditarik sama Static Site Generator(SSG). Misalnya nih, mau bikin portal panduan merek internal yang statis biar cepat diakses, atau halaman web khusus buat mitra yang cuma nampilin aset tertentu. Nah, SSG ini bakal ngambil data dari API-nya Strapi pas proses build. Hasilnya? Halaman-halaman web itu bakal jadi, dan info mereknya dijamin paling baru dan seragam terus.

Contentful

Contoh kasus

Coba bayangin ada merek kelas dunia nih, yang produknya seabrek dan sering bikin kampanye marketing di mana-mana. Nah, mereka ini pasti butuh banget satu “pusat komando” buat semua urusan konten. Penting juga biar timnya bisa kerja bareng dengan enak, kontennya bisa diubah jadi berbagai bahasa (lokalisasi), dan bisa nongol di banyak tempat digital, termasuk website utamanya yang harus ngebut.

Peran Contentful

Contentful ini perannya jadi semacam “bank konten” yang ada di awan (cloud). Tim mereka bisa dengan leluasa mengatur model kontennya mau kayak gimana, terus ngisi deh pakai teks, gambar, video, atau data apa aja yang dibutuhin. Ada fitur andalan kayak lokalisasi (buat banyak bahasa) sama manajemen aset digitalnya yang ngebantu banget kerjaan. Nantinya, SSG tinggal “narik” data ini lewat API Contentful.

Cara perusahaan pakai Contentful

Nah, buat contoh real usage, perusahaan seperti Kraft-Heinz adalah salah satu dari ribuan pelanggan Contentful yang artikel lengkapnya bisa dibaca langsung di situs mereka.

Kraft-Heinz

Ceritanya, Kraft-Heinz ini kan sebuah merek besar, punya sejarah panjang dan legendaris. Mereka sadar kalau teknologi yang mereka pakai udah mulai ketinggalan zaman, kurang relevan lagi di era modern seperti sekarang, supaya mereka tetap “bersinar” di tengah persaingan yang makin ketat, mereka lagi cari cara nih buat bikin pengalaman online yang lebih hidup, seru, dan pastinya beda dari yang lain.

Solusi yang ditawarkan Contentful

Nah, buat ngadepin tantangan itu, mereka nggak tanggung-tanggung! Mereka pakai “jurus” teknologi yang lagi ngetren dan canggih banget, yang istilah kerennya MACH architecture. Gampangnya, membangu fondasi teknologi yang modern, super fleksibel, dan komponen-komponennya mudah diganti, ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan.

Si arsitektur MACH ini kemudian dipaduin sama sistem desain yang strategis. Maksudnya, mereka punya panduan desain yang udah dipikirin matang-matang. Tujuannya apa? Biar bisa punya beberapa website buat merek-merek spesifik mereka yang walaupun saling terhubung, tapi tiap website tetap punya gaya dan ciri khasnya sendiri-sendiri. Dan yang paling penting, biar bisa ngasih pengalaman yang personal banget buat setiap pengunjung.

Hasil dari integrasi Contentful

Dengan integrasi Contentful, tim mereka jadi lebih leluasa dan bisa berkreasi tanpa batas, meningkatkan pengalaman pengguna. Hasilnya, keterlibatan pengunjungnya langsung naik 30%! Artinya, orang jadi makin betah dan interaktif sama konten mereka. Yang lebih mantap lagi, angka konversinya meroket sampai 78%!

Sanity.io

PUMA, salah satu brand olahraga yang terkenal, mengintegrasikan Sanity ke sistem mereka supaya bisa buat pengalaman digital atau kampanye online dengan gesit, dapat ditampilkan di berbagai negara dengan bahasa yang beragam.

Solusi yang ditawarkan Sanity

Sanity.io ini bukan cuma CMS biasa, tapi platform konten yang super fleksibel. Salah satu kuncinya ada di “konten terstruktur”. Gampangnya, PUMA bisa buat sendiri “resep” atau “cetakan” tiap jenis kontennya – mau itu info produk, artikel blog, atau materi kampanye. Jadi, datanya rapi dan gampang diolah. Terus, Sanity.io punya yang namanya “Sanity Studio”. Ini jadi tempat yang scalable dan disesuaikan dengan kebutuhan tim untuk mengelola konten. Jadi, tim kreatif dan marketing bisa lebih sat set buat konten tanpa harus pusing mikirin teknisnya.

Hasilnya

Sebelum mereka pakai Sanity, konten PUMA itu banyak yang nyebar di server lokal yang susah di sinkronisasi. Dengan integrasi ini, Sanity bisa sinkronisasi hampir 12.000 kategori produk dari sistem Salesforce PUMA, Data ini realtime dan langsung tampil di Sanity Studio dan bisa langsung digunakan untuk keperluan konten baik artikel, produk, promosi dan lainnya. Tapi sekarang semuanya sudah selaras dan terintegrasi baik di web, mobile sampai sampai aplikasi iOS dan Android. Tim yang buat konten hanya perlu ngerjain konten satu kali dan hasilnya tayang di berbagai platform.

Kesimpulan: Pilih CMS yang cocok buat SSG kamu!

Nah, itu dia parade CMS yang siap kamu gandeng buat nemenin SSG kesayanganmu. Mulai dari yang headless jagoan API sampai yang akrab sama Git dan bahkan nongkrong langsung di VS Code seperti Frontmatter CMS, pilihannya cukup bervariasi dan bebas pilih mana saja.

Menggabungkan kekuatan SSG yang super ngebut dan aman dengan kemudahan pengelolaan konten ala CMS itu udah jadi resep jitu buat website modern. Kamu bisa dapat performa website yang bikin pengunjung senyum, keamanan yang bikin tidur nyenyak, sekaligus pengalaman ngonten yang beda dari sebelumnya.

Ingat poin-poin penting ini sebelum mutusin:

  • Kenali kebutuhan proyekmu: Apakah butuh fleksibilitas tinggi dengan API, atau lebih suka alur kerja yang simpel berbasis Git? Seberapa kompleks konten yang akan dikelola?
  • Kenyamanan: Siapa saja yang bakal ngurusin konten? Pilih CMS yang antarmukanya paling cocok dan mudah dipelajari oleh timmu.
  • Skala proyek: Untuk proyek kecil atau pribadi, solusi yang lebih ringan dan terintegrasi mungkin sudah cukup. Buat proyek besar dengan banyak jenis konten dan kolaborator, CMS headless yang powerful bisa jadi investasi jangka panjang.
  • Jangan takut bereksperimen: Banyak CMS yang nawarin versi gratis atau trial. Nggak ada salahnya coba-coba beberapa opsi sebelum nentuin pilihan final.

Seperti contoh kasus yang sudah dibahas diatas, tidak ada satu CMS yang paling super buat semua kondisi. Yang ada adalah CMS yang paling pas buat kamu dan proyekmu.

Artikel ini tersedia berkat dukungan Lita Purnama

Dan para kontributor lainnya yang mendukung MauCariApa.com.

Dukung Kami
Sanctum Arcanum logo

Sanctum Arcanum

Historical fiction yang menceritakan ordo rahasia dan Ksatria Templar

Diskusi & Komentar

Panduan Komentar
  • • Gunakan bahasa yang sopan dan konstruktif
  • • Hindari spam, promosi, atau link yang tidak relevan
  • • Komentar akan terus dipantau secara berkala

Tentang Penulis

MauCariApa.com

MauCariApa.com

MauCariApa.com hadir sebagai wadah bagi para pencinta teknologi untuk saling belajar dan berkembang