Pemanasan global merupakan topik yang telah lama menjadi isu di belahan bumi, aktivis lingkungan dari setiap negara tidak henti-hentinya menyuarakan stop pemanasan global, walaupun pemanasan global masih terus berlanjut. Hal ini terjadi karena terus bertambahnya jumlah industri dan pembukaan lahan hutan; seiring tumbuh pesatnya populasi manusia di seluruh dunia.
Pemanasan global adalah kenaikan suhu rata-rata di seluruh dunia, yang telah berlangsung sejak pencatatan dimulai pada tahun 1880. Pemanasan global terjadi ketika karbon dioksida (CO2) dan polutan udara lainnya terkumpul di atmosfer dan menyerap sinar matahari dan radiasi matahari yang terpantul dari permukaan bumi. Biasanya radiasi ini akan lolos ke luar angkasa, tetapi polutan ini, yang dapat bertahan selama bertahun-tahun hingga berabad-abad di atmosfer, menjebak panas dan menyebabkan planet ini menjadi lebih panas. Polutan yang memerangkap panas ini khususnya karbon dioksida, metana, dinitrogen oksida, uap air, dan gas fluorinasi sintetis dikenal sebagai gas rumah kaca, dan dampaknya disebut efek rumah kaca.
Gas yang dihasilkan dari limbah industri dan emisi kendaraan dikenal dengan nama CO2 atau singkatan dari karbon dioksida, yaitu gas beracun yang sangat berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Pada manusia, paparan gas ini dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, gelisah, kesemutan, kesulitan bernafas, berkeringat, kelelahan, peningkatan denyut jantung, tekanan darah tinggi, koma, asfiksia, dan kejang-kejang.[1]
Sedangkan efek gas CO2 terhadap lingkungan yaitu diantaranya meningkatnya suhu, memicu gelombang panas, kekeringan yang lebih sering, curah hujan yang lebih deras, dan badai yang lebih kuat yang dapat mengakibatkan cuaca ekstrim dan memicu bencana banjir, longsor dan bencana lainnya.
Penggunaan internet & respon raksasa teknologi
Di sisi lain, penggunaan internet ternyata berkontribusi besar dalam pemanasan global dan meningkatnya produksi gas CO2; Kita cenderung lupa bahwa setiap pencarian web, email yang dikirim atau diterima, dan setiap pembaruan status di WhatsApp atau Facebook perlahan namun pasti menghasilkan gas CO2 yang terus-menerus sehingga dapat merusak lingkungan.
Penggunaan internet tidak hanya melibatkan penggunaan perangkat yang terhubung langsung ke steker atau baterai yang diisi dengan listrik, tetapi juga memanggil jutaan keping data yang tersimpan di server. Server ini sangat haus energi! Ini karena cara mereka bekerja ditambah cara kita menggunakannya.
Untuk mengurangi efek gas CO2, perusahaan teknologi dan penyedia layanan hosting mulai beralih menggunakan data center & hosting yang ramah lingkungan; menghasilkan lebih sedikit gas CO2. Raksasa teknologi seperti Facebook dan Apple meningkatkan penggunaan data center “hijau” yang ramah lingkungan, seperti pada laporan yang dirilis Greenpeace Amerika Serikat.
Selain kedua raksasa teknologi tersebut, rupanya Google punya misi tersendiri dalam mengurangi gas CO2, hal ini dibuktikan melalui kampanye mereka yaitu Carbon Neutral since 2007, Carbon Free by 2030.
Usaha lainnya yaitu menyertakan kecepatan website yang dikenal dengan Core Web Vitals kedalam algoritma mesin pencari mereka, sehingga website yang memiliki kecepatan website yang rendah atau lambat cenderung mudah di ‘tumbangkan’ oleh kompetitor.
Website carbon calculator
Ternyata, website yang lambat menghasilkan lebih banyak gas CO2, yaitu ketika website dimuat sampai tampil secara keseluruhan, juga penggunaan gadget dan daya listrik menjadi semakin banyak. Hal ini dapat dihitung menggunakan kalkulator carbon yang dapat diakses secara gratis melalui alamat www.websitecarbon.com.
Pengujian website maucariapa.com
Pada halaman tersebut, kita dapat mengukur CO2 yang dihasilkan dari suatu website, dengan mengukur efektivitas pengkodean, pemrosesan dan kecepatan website tersebut. Dengan begitu, akan kelihatan berapa banyak gas CO2 yang dihasilkan ketika kita mengakses halaman website tersebut, lengkap dengan ilustrasi seberapa banyak jumlah gas tersebut bila dibandingkan dengan berat badan seorang pesumo, berapa banyak gelembung dan berapa banyak gas CO2 yang dapat diserap oleh pohon selama setahun.
Saya akan mencoba melakukan pengujian untuk website ini (maucariapa.com), berapa banyak gas CO2 yang dihasilkan dan apakah website ini sudah ramah lingkungan atau belum (Anda dapat melakukan pengujian sendiri dengan mengetik alamat websitecarbon.com).
Pada pengujian hari ini (7 September 2022), website ini lebih bersih daripada 95% website yang telah diuji.
Website ini hanya menghasilkan 0,04g CO2 setiap kali seseorang mengunjungi halaman web ini. Halaman web ini tampaknya menggunakan energi berkelanjutan.
Sepanjang tahun, dengan kunjungan 10.000 tampilan/bulan, maucariapa.com memproduksi 5.35 Kg gas CO2, yang setara dengan:
- 0,04 Kg berat badan pegulat sumo
- Gas CO2 setara air mendidih yang cukup untuk 725 cangkir teh
- 6 miliar gelembung; wow, gelembung yang sangat banyak!
- Jumlah karbon yang diserap oleh 1 pohon dalam setahun
- 14 kWh energi, cukup untuk menggerakkan mobil listrik sejauh 89 Km
Kira-kira itulah gas CO2 yang dihasilkan website ini mulai dari setiap kunjungan perorang hingga kunjungan selama setahun dengan rata-rata tampilan 10.000 halaman/bulan. Cukup baik sejauh ini, semoga dapat ditingkatkan lagi di masa depan, sehingga dapat lebih banyak menekan produksi gas CO2 yang semakin merusak lingkungan.
Penutup
Dengan melakukan pengujian seperti yang saya lakukan diatas, kita dapat memperkirakan seberapa banyak gas CO2 yang dihasilkan oleh website kita, serta kita dapat turut menjaga dan melestarikan lingkungan dengan melakukan optimasi kecepatan sehingga website dapat dimuat lebih cepat, kita juga dapat beralih ke hosting yang menggunakan energi berkelanjutan sehingga produksi CO2 dapat ditekan. Jadi, kita tidak hanya mengutamakan keuntungan finansial saja, sedangkan pemanasan global dan lingkungan luput dari perhatian kita.
Semoga semua usaha yang kita lakukan dalam menjaga lingkungan dan menekan produksi gas CO2 bukan merupakan usaha yang sia-sia.
Artikel Terkait
5 Rekomendasi Channel YouTube Untuk Semua Usia
May 15, 2022
CyberGhost VPN: Lokasi Server & Performa
April 12, 2021
Red Hat versus rival
January 21, 2024
Profil International Trade Council (ITC)
April 29, 2021
Perbedaan Formulir Pajak W-8 dan W-9
March 7, 2022
Mengenal PixelExperience, Custom ROM untuk Android
November 18, 2022
Saran artikel ini dibuat oleh Kudatuli Project
ShopBack adalah aplikasi dan situs web yang memberikan cashback dan promo kepada pengguna yang berbelanja online