Tentu saja hal ini semakin membuat WordPress populer, sehingga bermunculan jasa instalasi, jasa migrasi dan backup seperti Cadangkan.com, serta web hosting yang menawarkan paket hosting WordPress.
Saya sendiri merupakan pengguna WordPress, tidak lain karena dukungan plugin, tema dan komunitasnya yang luas. Akan tetapi, lama kelamaan saya mulai jenuh dengan kustomisasi WordPress yang membutuhkan biaya besar, untuk plugin Yoast SEO yang terkenal itu misalnya, kita harus mengeluarkan biaya kurang lebih $99/tahun diluar pajak. Tema yang bagus dan responsif biasanya adalah tema premium semisal GeneratePress, Neve, Astra dan lainnya yang kisaran harganya mulai dari $50/pertahun. Total untuk satu tema dan satu plugin sudah mencapai $149/pertahun.
“Biaya mahal bukan masalah jika website Anda sudah menghasilkan banyak uang…”
Belum lagi biaya hosting, domain dan biaya lainnya. Jika penghasilan website Anda sudah mencapai 5 juta rupiah perbulan, rasanya biaya-biaya diatas bukan masalah berarti. Namun jika kurang dari itu, rasanya cukup berat apalagi semua biaya tersebut harus ditanggung sendiri.
Mengapa memilih Ghost?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya kita mengenal sedikit sejarah tentang Ghost. CMS ini didirikan oleh John O’Nolan pada April 2013 setelah suksesnya kampanye pembuatan platform khusus penulis di Kickstarter. Sebelumnya John O’Nolan pernah menjabat sebagai Deputy Head of Design di WordPress pada tahun 2009-2012.
Ghost yang ditujukan untuk menulis, bukan untuk website serba bisa seperti blog dan toko online. Misi Ghost yaitu menciptakan platform terbaik untuk penulis independen di seluruh dunia dan memberikan dampak nyata pada masa depan media online.
Model bisnis Ghost sama seperti WordPress, yaitu komunitas dan komersial. Untuk komunitas mereka merilis Ghost yang dapat dipasang sendiri oleh pengguna (tersedia panduan dan petunjuk cara instalasinya), sedangkan untuk komersial, mereka membuat platform serupa namun sudah terinstal sehingga pengguna hanya perlu daftar dan membayar di Ghost.org, layanan ini dinamakan Ghost(Pro).
Kita dapat berlangganan Ghost(Pro) mulai dari $9/bulan (dibayar tahunan), dengan paket tersebut kita akan mendapatkan 1 seat pengguna, built-in integrasi standar, dan 500 anggota. Paket ini cocok untuk pemula atau mereka yang baru memulai blog.
Sedangkan untuk tingkat lebih tinggi mulai dari $25/bulan dengan fitur yang lebih kaya dan lengkap.
Kelebihan dan kekurangan Ghost
Beberapa kelebihan Ghost misalnya kita tidak perlu repot menggunakan plugin SEO yang mahal, karena Ghost sudah SEO-friendly secara default, artinya kita dapat melakukan optimasi SEO tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan.
Kelebihan lainnya, kita mendapatkan built-in editor yang intuitif (dikenal sebagai Koenig dan kemudian kode sumbernya di rilis ke publik), pengelola anggota & newsletter, dan tentunya kustomisasi tema (temanya sendiri menggunakan Javascript dan Handlebars).
Kekurangan yang paling utama menurut saya adalah manajemen situs yang cukup rumit, pengguna diharuskan mengerti dasar-dasar administrasi sistem seperti cara memperbarui paket aplikasi, menjalankan pembaruan Ghost, melakukan pencadangan secara manual dan lain-lain.
Jika kita menggunakan Ghost self-hosted, instalasinya dapat dilakukan di VPS maupun shared-hosting, namun saya hanya mencobanya di VPS saja, untuk menginstalnya di shared-host, saya menemukan artikel yang cukup bagus untuk dibaca.
Kekurangan lainnya adalah tema yang minim, tidak banyak tema tersedia untuk CMS ini, namun kita dapat membeli tema premium di marketplace Ghost maupun di Envato.
Walaupun Ghost memiliki kekurangan yang cukup krusial bagi sebagian orang, namun saya tidak terlalu mempermasalahkannya karena saya sendiri dapat beradaptasi dengan keadaan yang mengharuskan serba CLI (Command Line Interface).
Hal lain yang membuat saya memutuskan untuk migrasi ke Ghost adalah editornya yang nyaman digunakan dan hanya menyediakan fitur yang benar-benar diperlukan oleh penulis.
Untuk monetisasi, Ghost memiliki fitur built-in, yaitu fitur langganan berbayar maupun gratis, sehingga pengguna dapat berlangganan situs kita dan memilih opsi paket (jika ada). Sayangnya pembayaran untuk langganan situs hanya menggunakan Stripe yang belum tersedia di Indonesia, Namun Ghost sendiri telah membuat tutorial integrasi Ghost + PayPal.
Mengapa tidak migrasi ke Jamstack?
Saat ini saya tidak memikirkan untuk migrasi ke platform Jamstack, karena tidak bisa dipungkiri, Jamstack merupakan platform yang sulit dikelola jauh melebihi Ghost. Apalagi kita sudah memiliki konten yang sebelumnya ada di platform lain.
Sebenarnya ada metode SSR (Server Side Rendering) yang memungkinkan konten kita ditampilkan di web statis (seperti Next atau Gatsby). Namun metode ini mengharuskan melakukan konfigurasi yang benar agar semuanya bisa berjalan dengan baik. Sayangnya metode ini cukup mahal karena menghabiskan banyak waktu dan biaya.
Masalah lainnya adalah editor, jika kita punya rencana akan merekrut penulis di masa depan, saya rasa mengadopsi Jamstack agak menyulitkan karena tidak semua orang terbiasa dengan Jamstack, apalagi dengan editor markdown seperti di GitHub yang mengharuskan kita mengetik secara manual. Sedangkan di Ghost, kita dapat menggunakan fitur Cards yang intuitif (fitur ini sama dengan Block di WordPress).
Belum lagi tema dan hosting, kebanyakan tema untuk Jamstack mesti di konfigurasi sendiri agar sesuai kebutuhan. Hosting juga dibatas, Netlify misalnya, hanya memberikan bandwidth 100 GB perbulan untuk pengguna gratis dan harus meningkatkan paket langganan ke Pro ($19/bulan) atau Enterprise untuk mendapatkan lebih banyak bandwidth.
Alternatif dari Jamstack yang full Git adalah Draftbox, saya dulu pernah menggunakan CMS ini untuk website maucariapa.com, namun akhirnya kembali ke WordPress karena bandwidth yang diberikan tidak cukup sehingga harus beralih ke paket Pro (biaya yang harus dikeluarkan cukup besar untuk berlangganan paket Pro).
Draftbox memiliki pricing sendiri, paket gratis dan paket berbayar mulai $7/bulan untuk siklus tahunan atau $12/bulan untuk siklus bulanan.
Kekurangan lainnya dari Jamstack adalah build process, setiap perubahan maupun penerbitan artikel tidak dapat terlihat secara langsung, semuanya harus melalui build process yang memerlukan waktu yang bervariasi tergantung banyaknya konten dan perubahan pada website kita.
Apakah pembaca perlu migrasi ke Ghost?
Untuk menjawab pertanyaan ini, saya kembalikan kepada Anda sebagai pembaca. Apakah perlu atau tidaknya migrasi ke platform lain seperti Ghost. Jadi sesuaikan saja dengan kebutuhan, website saya yang lain masih menggunakan WordPress karena kebutuhannya disana.
Penutup
Itulah cerita singkat mengapa saya pindah dari WordPress ke Ghost, tentunya proses migrasi ini bukan terjadi dalam satu malam, melainkan sudah direncanakan jauh-jauh hari. Sehingga proses migrasi dapat dilakukan dengan cepat.
Artikel Terkait
Merayakan pencapaian postingan ke-500 MauCariApa.com
September 30, 2024
Local Pro Sekarang Tersedia Secara Gratis
July 19, 2021
mod_fastcgi, harta karun yang terlupakan
September 18, 2024
Cara instalasi Ghost di CloudPanel
May 26, 2023
TOKOCONVERT: SOLUSI CONVERT PULSA MINIMAL 10 RIBU
August 17, 2024
Perkembangan media sosial pada anak muda Indonesia 2024
October 24, 2024
Saran artikel ini dibuat oleh Kudatuli Project
InstaWP adalah alat pengembangan web yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan meluncurkan situs WordPress dengan cepat